Jumat, 29 Januari 2016

Perjalanan Ujung Pulau #3 : Udin the Explorer at Gua Mahakarya, Giliyang


Matahari mulai menegaskan keberadaannya. Cuaca panas yang menandakan kalau kami sedang berada di pulau Madura. Cukup hitungan menit, kulit yang aku olesi krim, salep bahkan susu tiap harinya *ini bohong -,-*, sudah berubah menjadi agak cokelat. *padahal aslinya emang sawo kelewat mateng, haha*.

Puas bercekrak-cekrek ria di Batu Sponge, kami bergegas menuju tempat eksotis selanjutnya. Gua Mahakarya.

Masih tetap dengan dorkas yang tadi, desek-desekan yang tadi, dan juga mas-mas tour guide yang *agak* lumayan cakep *dikit* yang tadi. Bedanya? Kami udah nggak kayak orang gila teriak-teriak di jalan. Udah pada sibuk minum dan nutupin badannya dari sinar matahari. Haha. *sambil pasang jaket di kepala ala ibu-ibu pengajian* *silahkan dibayangin*

Jalan menuju Gua Mahakarya

Untuk menuju Gua Mahakarya, kita harus berjalan kaki agak jauh dari tempat parkir dorkas. Hampir sama seperti tadi, ada pepohonan disamping kanan kiri jalan. Hanya saja, disini jalannya masih tanah.

Di tengah perjalanan, lagi-lagi aku menemukan hal yang misterius dan masih menjadi sebuah misteri hingga aku nulis artikel ini. Lihatlah gambar pohon di bawah ini.

ada tumpukan rumput kering diatas pohon tersebut

“Itu apa pak?”. Tanyaku sama bapak yang mengantar kami menuju gua.

“Itu ya pohon dek, masak nggak tau”. Jawab bapak tersebut polos.

*Masak sih bapaaaak -_- masak iya aku nggak tau kalau itu pohon*

“Maksud saya yang itu lho pak, yang numpuk diatasnya”. Sambil nunjuk gumpalan diatas pohon tersebut.

“Oh... kalau itu rumput dek, buat pakan ternak”. Jawab bapak tersebut dengan muka yang masih polos.

Unik juga sih, kalau mereka menyimpan pakan ternak dengan cara seperti itu. Tapi pertanyaannya adalah, “Gimana caranya mereka ngasih makan ternak dengan tempat menyimpan pakan setinggi itu? Hewan apa yang mereka ternak? Dan hewan ternak apa yang mau makan rumput kering tersebut?”.

Masih menjadi sebuah misteri... hihihihihi

*tiba-tiba ada suara serigala*

Auuuuuuuuuuuu...

Oke skip!

Dan... akhirnya, sampailah kita disini. Di rumah kita sendiri. Segala nikmat dan anugerah yang kuasa. Semuanya ada disini... Rumah kita... #plak! *malah nyanyi -,-*

Lokasi Gua Mahakarya

Gerbangnya lucu ya... sederhana dan apa adanya banget

Untuk memasuki gua ini kita harus jalan merunduk sejauh  10 meter ke dalam. Dan ketika udah udah di dalam. #jreng! Luas banget! Saking luasnya aku tiba-tiba reflek nyari bola buat maen futsal. Tapi nggak nemu -,-


GuaMahakarya ini awalnya bernama Gua Celeng. Celeng sendiri merupakan jenis anjing hutan liar. Dan gua ini adalah tempat tinggalnya. Namun setelah gua ini ditemukan dan sering di masuki manusia. Celeng tersebutpun pergi.

Dear celeng, semoga sukses di tempat lain ya... *sambil ngelus lobang yang katanya bekas tempat tidur celeng tersebut*.

Mantan sarang celeng. iya... Mantan!

Nama Gua Mahakarya sendiri adalah nama yang diberikan warga sekitar. Aku sempet nanya apakah gua ini memiliki sejarah selain celeng tadi. Misal tentang masa penjajahan atau semacamnya. Namun ternyata mereka tidak tau.

Semakin memasuki gua, terkadang terasa panas. Karena di beberapa bagian gua hampir tidak ada lubang yang yang dapat dilewati udara. Penerangan yang ada di gua pun hanya berupa lampu-lampu kecil hasil bantuan dari mahasiswa ITS. Masih agak gelap sih, tapi itu yang bikin greget. Jujur, aku nggak berani nyusuri gua in sendirian. Tapi ya... sok berani aja haha. Dinding-dinding gua yang berkelap-kelip terkena lampu senter semakin menambah eksotisme yang dimiliki gua ini.

Dinding yang berkelap-kelip terkena cahaya

Feel like... i’m Udin the Explorer! Oyeahhh

*kok jadi keinget Dora the Explorer ya? haha*

*ketauan deh tontonan masa kecil dulu hihi*

Yes! Petualangan bawah tanah yang nggak bakal terlupakan!

Sayangnya, ada sebagian dinding gua yang sudah ternoda oleh tangan-tangan jahil. Dan masih adanya sampah-sampah plastik di beberapa bagian gua. Mungkin ini bisa perhatian bagi warga sekitar untuk ikut menjaga keindahan yang sudah diberikan oleh alam. Udah dikasi yang beginian masak iya nggak dijaga, malu sama gumpalan rumput kering diatas pohon tadi!

*hubungannya apa cobak maksudnya -,-*

Eksis dulu gan hehe.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar