Teng
teng cekluk cekluk
“Yoh belakang kosong belakang kosong”. Tiba-tiba temenku jadi kenek beneran -_-
Teng
teng cekluk cekluk
Teng
teng cekluk cekluk
*ceritanya
bunyi alarm*
Teng
teng ... tinut! *alarm dimatikan*
*kucek-kucek
mata*
*liat
jam dinding*
*nguap
dikit*
*melakukan
streaching macam atlet balet*
*bengong*
*mencoba
menyatukan ruh yang masih beterbangan*
*nguap
lagi*
Ada
yang tau aku lagi ngapain? haha
Reaksi
yang baca : *bodo amat, mau ngapain juga terserah :V*
Hahahaha
kalian kejam! Hiks! *nangis di pojokan warteg*
Buk,
lalapan karo es teh yoo... hiks!
*intro
macam apa ini -___-*
Giliyang - Sumenep |
Berhubung aku orangnya baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. *menabung uang orang
ke tabungan sendiri #loh? Hahaha #canda*. Aku bakalan kasih tau ilustrasi apa
yang sedang ku lakukan diatas.
Reaksi
yang baca #part2 : *bodo amat, serah luh*
Dengan
mata yang masih sepet, mulut rada nganga, lengkap dengan ‘peta’ kering di ujung
bibir, aku paksakan badan untuk beranjak meninggalkan mahligai singgasana
mimpi (kasur). Berjalan rada sempoyongan menuju kamar mandi. Sembari membentur berbagai
benda keras dan yang lumayan keras.
*sek
... jadi dari tadi itu lagi bangun tidur?*
Yaps,
silahkan bayangin sendiri dah gimana aku berusaha untuk bangun pagi, haha.
Berawal
dari mimpi “keliling Madura” yang aku tulis di kertas kucel cermin kamar. Siapa
sangka mimpi itu akan menjadi nyata dalam hitungan jam. Nggak sampek keliling
madura sih, hanya saja dalam beberapa jam kedepan, aku bakal menaiki
bis dengan tujuan kabupaten ke-4 setelah Bangkalan (tempatku tinggal), Sampang (yang
udah pernah aku maenin), Pamekasan (pernah aku ubek-ubek juga bahkan sampek
nyasar (._.)), dan Sumenep! Oyeah... *biasa banget ._.*.
Hari
itu, aku semangat banget buat bangun dan mandi pagi. Aku sempet mau nanya sama
adekku yang paling kecil, kenapa aku bisa se semangat ini. Tapi nggak jadi
karena dia masih sibuk buat peta kering juga a.k.a tidur pules. Aku juga mau nanya
sama ikan yang ada di kamar mandi, tapi lagi-lagi nggak jadi karena takut
dikira gak waras! *padahal kan... dikit gapapa lah ya haha*. Akhirnya, setelah
termenung lumayan lama di toilet, aku menemukan jawabannya. *pasang muka
serius!*
Dan
jawaban itu adalah...
*drumroll*
Nomer 5
a, 6 c, 8 e, 10 belom,
#loh? eh sorry gaes... salah baca jawaban hehe
*langsung
dilemparin batu akik 7kg*
Perjalananku ke Sumenep kali ini adalah... untuk menghadiri undangan dari Dinas
Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Sumenep, bersama kawan-kawan
Plat-M dan beberapa blogger Jatim juga, dalam rangka mengeksplor salah satu
surga tersembunyi ujung pulau Madura. Pulau Giliyang, Sumenep!
Dan itu...
GRATIS! Yahaha *ini yang paling penting sebenarnya*
Meluncur
selepas subuh dengan jasa bapak yang rela nganter menuju meet point di tangkel,
Bangkalan. Satu-persatu anggota blogger Plat-M pun bermunculan bak biji tauge yang tumbuh menjadi kecambah. FYI jika dari Bangkalan dan pengen ke Sumenep, ada
2 opsi. Yaitu dengan bus mini dan bis antar kota. Dengan catatan kalau naik bus
mini kalian harus dioper ketika nyampek di Pamekasan. Karena emang jarang
banget bus mini yang langsung ke Sumenep.
“Woy din, lu mau ikut nggak? Ngomong terus
dari tadi, kasian pak sopir nungguin nih”. Celetuk temenku dari jendela
Bus Mini.
“Eh sejak kapan lu nangkring disitu... jadi
kenek lu sekarang haha”. Sautku sambil nyelempangin tas.
“Wah sembarangan... muka kece gini dibilang
kenek. Masi untung gak tak tinggal”. Bales dia sambil sok keren.
“Ah dasar tauge pecel”. Sindirku sembari masuk ke dalam
bus mini.
Yap. Markiber (mari kita berangkat) menuju Sumenep!
“Yoh belakang kosong belakang kosong”. Tiba-tiba temenku jadi kenek beneran -_-
Kalo boleh jujur sih, naik bus mini pagi-pagi
gini sepertinya butuh tambahan nyawa lebih. Bener-bener kayak Fast &
Furious live action. Perjalanan sekitar 2 jam setengah full greget dari
Bangkalan ke Pamekasan. Seperti yang aku jelasin tadi, kita harus dioper dulu kalo naik bus mini.
Tapi berhubung kita emang ada rapat dengan Asosiasi Pariwisata Madura (ASPRIM)
dan BPWS, jadi ya sekalian silaturahmi dan rehat di Pamekasan.
Tinut! *<<
pencet tombol #skip*
Rapat sudah,
istirahat sejenak sudah, mandi sudah, tibalah saatnya kita untuk melanjutkan
perjalanan menuju sumenep. Komplotan Plat-M yang awalnya hanya 6 orang kini
telah membelah diri menjadi 10 orang. *loh kok bisa?* Nah! Itulah ajaibnya Plat-M.
Sini duduk, Om ceritain *sambil ngeluarin buku cerita*
Jadi
pada suatu hari yang panas... bus mini yang kita kendarai menepi di Kabupaten
Sampang sejenak, guna menjemput 2 srikandi Plat-M. Hasilnya, bus yang awalnya
hanya berisi (@eobbher, @maz_echo, @panggilden, @tukangcoding, @Riskaangilan,
@zamsjourney) ditambah (@amethyst_aiko dan Mbak Ana *nggak tau twitternya, maap hihi*) *skalian promosi*. Dan... 2
orang lagi perwakilan dari ASPRIM yang entah gimana ceritanya terseret dalam
acara #Lenjelen8 ini. Lumayan lah, buat ngeramaikan suasana.
1 jam
perjalanan dari Pamekasan menuju Sumenep. Sesekali ditemani deburan ombak
lautan Madura malam hari. Nggak terasa, bus sudah mendapat ucapan “Selamat Datang
di Kabupaten Sumenep” dari gerbang yang menandakan bahwa kita sudah memasuki
wilayah Kabupaten Sumenep. Alhamdulillah... touchdown Sumenep!
Masjid Agung - Sumenep |
Beda! Hawa,
suasana, bahkan hilir lalu lintas di kabupaten ujung Madura ini serasa jauh
berbeda dengan kabupaten lainnya. Dan... mungkin emang inilah yang menjadi
salah satu alasan Sumenep patut untuk kita eksplor lebih dalam lagi.
Rasa lelah
dan lapar mulai merayap di sebagian anggota tubuh. Menuntun rombongan untuk
lekas mencari tempat peristirahatan. Malam itu... kita teringat akan sebuah
pepatah “tak ada tempat terindah untuk kembali, selain rumah”. Dan benar saja, rumah
salah satu anggota Plat-M pun jadi tempat tujuan kita untuk kembali. #tsah ~
Saatnya charging tenaga untuk petualangan
besok menuju Giliyang!