Senin, 12 November 2018

Ngapal


Jum'at, terlihar di layar hapeku pukul 6.12 WIB, aku sampai di dermaga penyeberangan Kamal. Ku taruh kembali hapeku ke dalam saku celana. Sembari merapikan barisan motorku  bersama motor lainnya di jalur khusus antrian roda 2. Terlihat di ujung Dermaga, sudah menunggu dengan setia sebuah besi mengapung hasil pemikiran otak manusia, si hijau Jokotole. Buat yang belum tahu, Jokotole ini merupakan salah satu kapal penyeberangan jalur Perak (Surabaya) - Kamal (Madura). 

Ah... Sepertinya, naik kapal pagi hari seperti ini akan menjadi sebuah rutinitas baru dalam hari-hariku seterusnya. Yap, hari-hariku yang sangat biasa saja seperti pekerja pada umumnya. Berangkat pagi, pulang petang hingga gelap.

Mungkin terlalu biasa untuk diceritakan sih. Tapi ya, dari pada waktu luang saat perjalanan kapal ini kuhabiskan hanya dengan menjadi perokok pasif, menghirup asap yang bertebaran di tanda  "dilarang merokok", atau menolak setiap pedagang kopi yang selalu nawatin kopinya tapi ngga gratis, lebih baik ku tuliskan saja bagaimana suasana kapal penyeberangan setiap paginya. Jika sedang mood tentunya. Haha.

6.20 aku sudah berada di dalam geladak kapal. Masih bersama barisan motor pekerja pengejar matahari pagi lainnya. Motorku, dan motor mereka, semuanya berjajar rapih sesuai arahan mas dan mbak petugas kapal yang kalau di lihat-lihat sepertinya manis. Mbaknya lho ya. Diiringi pula dengan jinggle khas PT. DLU yang entah kenapa begitu nyaman di telingaku. Lagu ini bahkan masuk dalam playlist lagu yang sering ku senandungkan meski ku tak tau lirik lengkapnya. Oiya, di geladak pagi ini, sama sekali tidak ada mobil. Semuanya di isi oleh motor. Mungkin ini efek Suramadu yang digratiskan. Kondisi yang cukup baru bagiku. Maklum pertama kali naik kapal pagi.

Hari ini, selat Madura begitu berkabut. Entah karena memang masih pagi, atau karena bekas guyuran hujan yang tak ku ketahui pula kapan turunnya. Intinya sejauh mata memandang, laut ini terasa lebih sejuk dari biasanya. Lengkap dengan kapal kapal cargo yang seakan-akan parkir se-enaknya. 



Perjalan menyeberangi selat Madura mungkin sudah separuh. Jokotole menyapa rekan seperjuangannya yakni Gajah Mada. Ku lihat, hari ini total ada 3 kapal penyeberangan. Satu kapal lagi aku belum tau namanya siapa. Belum sempat kenalan, atau mungkin terlupakan. Entahlah.

6.35 aku pergi ke toilet untuk menjalankan sebuah rutinitas lainku. Yah, identitas hidupku lebih tepatnya. Namanya juga toiletman. Yang meski sudah sangat sering ke toilet, ternyata aku juga bisa lupa mengunci toilet dengan benar. Sehingga sempat mau dimasuki orang. Hampir. Almost. Artinya belum kejadian. 

Tanpa mau tahu apa yang sempat dilihat orang yang membuka pintu, aku memutuskan untuk turun ke geladak kapal, Kembali mencoba menangkap kelakuan-kelakuan penumpang lainnya. Hasilnya, kebanyakan dari mereka kalau tidak merokok, ya sibuk dengan gawai masing-masing. Sisanya sedang mengobrol santai. Aku? Mungkin masuk kategori sibuk dengan gawai.

6.50 tau-tau ada suara mbak-mbak yang ngga kelihatan mukanya mengumumkan bahwa kapal akan segera bersandar. Meski tanpa pundak untuk bersandar. Ya. Tanpa terasa, si Jokotole pun sudah mulai memposisikan dirinya untuk bersandar di pelabuhan. Dimana artinya perjalanku dengan Jokotole telah selesai. Setidaknya untuk pagi ini.

Sekian.
Share: