Jumat, 11 Desember 2015

Perjalanan Ujung Pulau #1 : Pertama Kali Nyentuh Tanah Sumenep

Teng teng cekluk cekluk

Teng teng cekluk cekluk

Teng teng cekluk cekluk

*ceritanya bunyi alarm*

Teng teng ... tinut! *alarm dimatikan*

*kucek-kucek mata*

*liat jam dinding*

*nguap dikit*

*melakukan streaching macam atlet balet*

*bengong*

*mencoba menyatukan ruh yang masih beterbangan*

*nguap lagi*


Ada yang tau aku lagi ngapain? haha

Reaksi yang baca : *bodo amat, mau ngapain juga terserah :V*

Hahahaha kalian kejam! Hiks! *nangis di pojokan warteg*

Buk, lalapan karo es teh yoo... hiks!


*intro macam apa ini -___-*

Giliyang - Sumenep

Berhubung aku orangnya baik hati, tidak sombong, dan rajin menabung. *menabung uang orang ke tabungan sendiri #loh? Hahaha #canda*. Aku bakalan kasih tau ilustrasi apa yang sedang ku lakukan diatas.

Reaksi yang baca #part2 : *bodo amat, serah luh*

Dengan mata yang masih sepet, mulut rada nganga, lengkap dengan ‘peta’ kering di ujung bibir, aku paksakan badan untuk beranjak meninggalkan mahligai singgasana mimpi (kasur). Berjalan rada sempoyongan menuju kamar mandi. Sembari membentur berbagai benda keras dan yang lumayan keras.

*sek ... jadi dari tadi itu lagi bangun tidur?*

Yaps, silahkan bayangin sendiri dah gimana aku berusaha untuk bangun pagi, haha.

Berawal dari mimpi “keliling Madura” yang aku tulis di kertas kucel cermin kamar. Siapa sangka mimpi itu akan menjadi nyata dalam hitungan jam. Nggak sampek keliling madura sih, hanya saja dalam beberapa jam kedepan, aku bakal menaiki bis dengan tujuan kabupaten ke-4 setelah Bangkalan (tempatku tinggal), Sampang (yang udah pernah aku maenin), Pamekasan (pernah aku ubek-ubek juga bahkan sampek nyasar (._.)), dan Sumenep! Oyeah... *biasa banget ._.*
 
Hari itu, aku semangat banget buat bangun dan mandi pagi. Aku sempet mau nanya sama adekku yang paling kecil, kenapa aku bisa se semangat ini. Tapi nggak jadi karena dia masih sibuk buat peta kering juga a.k.a tidur pules. Aku juga mau nanya sama ikan yang ada di kamar mandi, tapi lagi-lagi nggak jadi karena takut dikira gak waras! *padahal kan... dikit gapapa lah ya haha*. Akhirnya, setelah termenung lumayan lama di toilet, aku menemukan jawabannya. *pasang muka serius!*

Dan jawaban itu adalah...

*drumroll*

Nomer 5 a, 6 c, 8 e, 10 belom, 

#loh? eh sorry gaes... salah baca jawaban hehe

*langsung dilemparin batu akik 7kg*

Perjalananku ke Sumenep kali ini adalah... untuk menghadiri undangan dari Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Sumenep, bersama kawan-kawan Plat-M dan beberapa blogger Jatim juga, dalam rangka mengeksplor salah satu surga tersembunyi ujung pulau Madura. Pulau Giliyang, Sumenep!

Dan itu... GRATIS! Yahaha *ini yang paling penting sebenarnya*

Meluncur selepas subuh dengan jasa bapak yang rela nganter menuju meet point di tangkel, Bangkalan. Satu-persatu anggota blogger Plat-M pun bermunculan bak biji tauge yang tumbuh menjadi kecambah. FYI jika dari Bangkalan dan pengen ke Sumenep, ada 2 opsi. Yaitu dengan bus mini dan bis antar kota. Dengan catatan kalau naik bus mini kalian harus dioper ketika nyampek di Pamekasan. Karena emang jarang banget bus mini yang langsung ke Sumenep.

Woy din, lu mau ikut nggak? Ngomong terus dari tadi, kasian pak sopir nungguin nih”. Celetuk temenku dari jendela Bus Mini.

Eh sejak kapan lu nangkring disitu... jadi kenek lu sekarang haha”. Sautku sambil nyelempangin tas.

Wah sembarangan... muka kece gini dibilang kenek. Masi untung gak tak tinggal”. Bales dia sambil sok keren.

Ah dasar tauge pecel”. Sindirku sembari masuk ke dalam bus mini.

Yap. Markiber (mari kita berangkat) menuju Sumenep!

Yoh belakang kosong belakang kosong. Tiba-tiba temenku jadi kenek beneran -_-

Kalo boleh jujur sih, naik bus mini pagi-pagi gini sepertinya butuh tambahan nyawa lebih. Bener-bener kayak Fast & Furious live action. Perjalanan sekitar 2 jam setengah full greget dari Bangkalan ke Pamekasan. Seperti yang aku jelasin  tadi, kita harus dioper dulu kalo naik bus mini. Tapi berhubung kita emang ada rapat dengan Asosiasi Pariwisata Madura (ASPRIM) dan BPWS, jadi ya sekalian silaturahmi dan rehat di Pamekasan.

Tinut! *<< pencet tombol #skip*

Rapat sudah, istirahat sejenak sudah, mandi sudah, tibalah saatnya kita untuk melanjutkan perjalanan menuju sumenep. Komplotan Plat-M yang awalnya hanya 6 orang kini telah membelah diri menjadi 10 orang. *loh kok bisa?* Nah! Itulah ajaibnya Plat-M. Sini duduk, Om ceritain *sambil ngeluarin buku cerita*

Jadi pada suatu hari yang panas... bus mini yang kita kendarai menepi di Kabupaten Sampang sejenak, guna menjemput 2 srikandi Plat-M. Hasilnya, bus yang awalnya hanya berisi (@eobbher, @maz_echo, @panggilden, @tukangcoding, @Riskaangilan, @zamsjourney) ditambah (@amethyst_aiko dan Mbak Ana *nggak tau twitternya, maap hihi*) *skalian promosi*. Dan... 2 orang lagi perwakilan dari ASPRIM yang entah gimana ceritanya terseret dalam acara #Lenjelen8 ini. Lumayan lah, buat ngeramaikan suasana.

1 jam perjalanan dari Pamekasan menuju Sumenep. Sesekali ditemani deburan ombak lautan Madura malam hari. Nggak terasa, bus sudah mendapat ucapan “Selamat Datang di Kabupaten Sumenep” dari gerbang yang menandakan bahwa kita sudah memasuki wilayah Kabupaten Sumenep. Alhamdulillah... touchdown Sumenep!

Masjid Agung - Sumenep

Beda! Hawa, suasana, bahkan hilir lalu lintas di kabupaten ujung Madura ini serasa jauh berbeda dengan kabupaten lainnya. Dan... mungkin emang inilah yang menjadi salah satu alasan Sumenep patut untuk kita eksplor lebih dalam lagi.

Rasa lelah dan lapar mulai merayap di sebagian anggota tubuh. Menuntun rombongan untuk lekas mencari tempat peristirahatan. Malam itu... kita teringat akan sebuah pepatah “tak ada tempat terindah untuk kembali, selain rumah”. Dan benar saja, rumah salah satu anggota Plat-M pun jadi tempat tujuan kita untuk kembali. #tsah ~

Saatnya charging tenaga untuk petualangan besok menuju Giliyang!

Share:

0 komentar:

Posting Komentar