Selasa, 20 September 2016

Menikmati Senja Sederhana di Selat Madura


Senja adalah salah satu cara alam membius penghuninya. Penghangat hati yang pernah terkapar dan terlunta-lunta. Penggali kenangan yang sudah lama terkubur dalam. Katalis rasa yang melebihi kata-kata. Hingga alasan lahirnya penyair caption dan hashtag tiba-tiba.

Hari itu, sepeda motorku melaju dengan kecepatan rata-rata. Menyusuri jalanan weekend kota Surabaya. Bersama kawan-kawan lama yang dulunya sih, biasa main petak umpet. Dimana yang jaga pada permainan terakhir, selalu menjadi korban ditinggal pulang sendirian. Ya, merekalah teman masa kecilku. Teman yang dulu kucel dengan ingus belepotan sampai ke jidat. Jidat orang lain pula :v haha. Tanpa terasa, bekas cukuran kumis dan jenggot kita sudah sama-sama kasar dan nampak nyata.

Jujur, ini pertama kali aku hangout bareng mereka. Tertawa lepas gegara film Warkop DKI Reborn yang baru saja kita tonton bersama. Dan sekarang, kita sedang dalam perjalanan pulang menuju Pelabuhan Penyebrangan Perak, Surabaya. Salah satu tempat dimana senja, membuai penikmatnya. Nostalgia dan senja. Sepertinya, bakalan cocok buat jadi judul sinetron pendek. *mungkin


Waktu di layar handphone menunjukkan waktu 17.00 WIB. Motor sudah terparkir dengan kunci ganda. Ku segerakan langkah untuk menuju lantai atas untuk mencari spot ternyaman untuk menikmati senja. Ditemani desiran ombak yang sedikit membuat kapal bergoyang, serta belaian angin laut dengan bau asinnya. This is it... mata dan lensa kamera, tak henti-hentinya terpesona oleh suguhan sederhana ini.




Ada banyak cara sebenarnya, untuk menikmati senja dengan lebih sempurna. Salah satunya adalah dengan suasana laut yang di tawarkan oleh Selat Madura ini. Bersama kapal-kapal yang nampak seperti sedang parkir seenaknya. Apalagi ditemani mbak-mbak yang entah siapa namanya tepat disebelah kita. Yah, meskipun keinginan untuk nyender di bahu hanyalah ilusi semata, minimal mata kita menatap ke arah senja yang sama. #duhMbak

Ah, terkadang senja bisa membuat orang biasa tampak seperti penyair kawakan. Padahal kan, senja cuma salah satu agenda harian. Hanya beberapa menit masa, ketika matahari bertukar tempat dengan bulan. Entahlah... aku sendiri juga ngga terlalu faham kenapa senja begitu istimewa.

Yang pasti, tanpa ku sadari... aku sudah menjadi salah satu penikmat senja. Senja sederhana, di Selat Madura.

Wassalam ~
Share:

0 komentar:

Posting Komentar