Senin, 10 Juli 2017

Iseng, Nonton Transformers : The Last Knights Versi 3D


Sebelum lanjut membaca, tulisan ini bukanlah sebuah review film. Cuma iseng aja. Isinya mungkin bakalan lebih banyak bahas tentang bagaimana ekspresi dan ke-norak-an ku yang 'agak' kaget ketika mendengar dentuman suara “duarrr!”, ledakan “boom!” di medan perang, terngaga ketika melihat metode perubahan bentuk dari truk menjadi robot kemudian sebaliknya. Lebih ngerasa ngga pantes aja sih, kalo ngasih judul review. Siapalah juga aku, mau sok-sok an ngereview film dengan budget jutaan dolar ini. Bikin instastory saja yang nonton cuma 13 orang. 1 orang keluarga sendiri. 2 orang akun zombie. 10 sisanya ngga sengaja kepencet.


***

Menonton film bagiku sudah bagai candu. Meskipun ya ngga mau munafiq sih, kebanyakan biasanya emang nonton ya dari bioskop dengan imbuhan .com, .net, .tv, dan sebangsanya. Tergantung yang belum di block yang mana. Namun seiring bertumbuh tebalnya kumis dan jenggot, serta harapan ingin memiliki dirimu, pengetahuan tentang bagaimana susahnya pembuatan film, apresiasi effort dan ide yang di godok berbulan-bulan, hingga sebagai alibi buat sekedar PDKT sama gebetan #uhuk. Nonton di bioskop sudah punya kesan dan nilai tersendiri buatku.

Jujur, untuk menonton film di bioskop, aku adalah orang yang pilih-pilih. Kecuali kalo nontonya dibayarin #ehm. Simpelnya, kalau menurut beberapa reviewer ternama yang muncul di page pertama gugel filmnya bagus, barulah pergi nonton. Juga lebih mengutamakan film produksi Indonesia. Ngga mau sok-sok-an cinta produk lokal, soalnya link download film luar keluarnya cepet. #udahgituaja Haha. Namun, Transformers : The Last Knight ini bisa dibilang adalah pengecualian di pasca lebaran kali ini. Kembali ke persepsi awal tadi sih. Ketika baca-baca review film Indonesia yang tayang pasca lebaran, agak gimana gitu. Nah pas nyampe di bioskopnya, eh ternyata versi 3Dnya cuma selisih 5rb saja dari harga tiket biasa. Jadilah nyari pinjaman ke adek yang sengaja aku ajak karena pendapatan uang THRannya bejibun. Kakak yang tydak mendydyk ~

Tiket pun di print dengan bunyi “cekiiit-cekiiit” dari mesin pencetak tiket. Uang pinjaman dibayar. Lalu dengan senyuman aduhai mbak-mbak rok belahan *hampir* sepaha, aku pun masuk dan duduk bersebelahan dengan mbak-mbak tadi.

Loh mbak?

Loh mas?

Mbak?

Mas?

Mb...

Mas... Masuknya ke pintu theater 4 ya mas... Jangan di meja kasir. Ini tempat buat beli karcis.


Seketika mata pria-pria dan bapak-bapak yang ngantri di depan kasir menatapku dengan aura kasih membunuh. Panas. Amarah. Bergelora. Membara. Mera...

#plak!

Mari bapak antrian selanjutnya...

***


Aku pun duduk di kursi sesuai dengan kode-kode basi yang tertera di tiket nonton. Tak lupa ku cek juga apakah disampingku masih si mbak-mbak rok belahan *almost* sepaha tadi atau bukan. Kacamata yang katanya 3D pun sudah kupegang sebagai perlengkapan supaya fimnya jadi 3D. Buat yang belum tau, kacamata ini dipinjami ketika masuk theater kok, ngga harus beli. Uang buat makan sama gebetan setelah nonton, aman. Relax.

Ngga penting sih sebenarnya, tapi ini adalah kali pertama aku nyobain nonton film di bioskop versi 3D. Jadi rasa excited akan seperti apa filmnya nanti benar-benar sangat mendebarkan. Ibarat kamu duduk diantara dua pasangan muda-mudi di dalem bioskop gelap, sisi kanan saling pegangan tangan, sisi kiri pelukan, dan kamu sendirian. nontonnya film horor. Deg-esdegannya banget. Parah. Kebagian ena-ena ngga, malah kecipratan dosanya. Semoga kita semua dijauhkan dari situasi 'jahanam' tersebut. Amiiin~

Saking excited-nya, aku bahkan pakai itu kacamata 3D sejak pemutaran trailer-trailer film sebelum film utamanya mulai. Buka pasang lagi. Buka pasang lagi. Buka lagi pasang lagi. "Kok ya ngga ada bedanya ya?", pikirku sembari melanjutkan buka pasang kacamata 3Dnya. Haha. Norak. Banget. Parah. Hih!

Finally! Tepat ketika filmnya dimulai, kacamata 3D ini rasanya ya eman banget kalau tak lepas. Gambar, texture, bahkan subtitlenya pun ikutan jadi 3D. Benar-benar seperti timbul dari layar. Malah kalau kacamatanya di lepas filmnya jadi agak burek. Ketika dipasang lagi, filmnya hampir seperti nyata. Ingat lho ya, hampir. Ya sama kayak harapan-harapan yang dikau berikan kepadaku, sepertinya nyata, nyatanya hampa #uhh. Tapi sebenarnya efek timbul itu normal sih, emang akunya aja yang baru tau. Namanya juga 3D.

Untuk filmnya sendiri, mungkin bisa di cek sendiri lah ya bijimana sinopsisnya. Takut nyepoiler juga. Tapi yang benar-benar membuat seorang pro-toiletman sepertiku terkesima selain mbak-mbak rok belahan *fix* sepaha tadi #astaghfirullah~, adalah efek 3D yang diberikan film Transformers : The Last Knights. Terlebih pada saat scene adu tembak dan jotos antar Autobot vs Decepticon. Pecahan logam dan debunya seakan-akan benar-benar mengenai mataku. Bahkan beberapa kali aku menutup mata karena reflek takut terkena pecahan kapal tempur yang terlempar kearahku. Dipadukan dengan sound efek yang dahsyat hingga menggetarkan ruangan. Rasanya udah beneran kayak dibawa masuk ke dalam adegan film tersebut. Bahkan ketika aku izin ke toilet pun, getarannya masih kerasa di atap toilet yang aku masuki.

Di beberapa scene, memang kadang pesawat-pesawat tempur yang seharusnya gagah dan keren malah terlihat seperti maenan hadiah ciki. Ataupun klimaks cerita yang puncaknya, menurutku pribadi masih kurang greget. Tapi secara keseluruhan, film Transformers : The Last Knights versi 3D ini, sangat worth to watch. Terutama dalam versi 3D. Ngga kehitung rasanya aku berdecak kagum pada beberapa scene yang ada pada film ini. Norak sih mungkin lebih tepatnya. Haha. Ngedip aja eman-eman deh. Bahkan meskipun yang duduk di kursi sebelah ternyata gebetan yang aku ajak dan ngga mau, alesannya mau kerja kelompok, eh ternyata jalan sama cowok lain, ya ngga bakal nyadar dan nyadar pun bakalan dicuekin. Dianya yang nyuekin aku sih. Kalo akunya mah ya paling nangis dikit sesenggukan ngabisin tisu pas filmnya kelar di toilet ntar. Haha. Puk puk mblo~

Sebagai penutup, film-film 3D seperti ini akan sangat terasa nikmat, jika memang di dalamnya terdapat banyak efek ledakan dan pertempuran yang menghasilkan pecahan-pecahan yang mengarah ke mata kita. Juga adegan-adegan yang bisa membawa masuk penonton ke dalam film melalui kacamata 3D. Pantas untuk dicoba lagi lain waktu. Jadi... Kamu kapan mau aku ajak nonton? #uhhuk

Wassalam!
Share:

Minggu, 11 Juni 2017

Mahasiswa Semester Tua, Dosen Tercinta, dan Notebook ASUS E202

http://www.uniekkaswarganti.com/2017/05/ASUS-E202-blog-competition-produktif-dan-kreatif-di-mana-saja-dengan-notebook.html

Mahasiswa. Rasanya baru kemarin, keluar rumah dengan setelan super stylish, rambut hitam klimis, sepatu yang bebas warna-warni ala-ala model british. Rasanya baru kemarin, hari pertama setelah daftar ulang, hari dimana aku resmi menyandang ‘taitel’ mahasiswa baru. Saking senengnya, udah ngga bisa lagi bedain mana kaos kaki bagian kanan mana yang kiri. Dan rasanya, juga baru kemarin sih, aku kembali mengenang masa-masa mahasiswa baru tersebut dan merindukannya. Tepat setelah naik turun lantai 4 dengan laptop kesayangan seberat (-+ 2.5 KG), kemudian 5 jam nungguin dosen buat maju presentasi, ternyata diganti besok.

Aku adalah mahasiswa semester enam, jurusan Teknik Informatika. Udah masuk kategori tua. Adeknya udah dua. Dua angkatan maksudnya. Dan setelah penerimaan mahasiswa baru nanti, aku akan menjadi angkatan yang benar-benar tertua. Semester enam memang masih belum berurusan dengan tugas akhir. Tapi percayalah, semakin tua semesternya anak teknik, tugasnya udah hampir mirip tugas akhir. Dikit-dikit proposal, presentasi, project, dan laporan. Semuanya diulek mesra dan dibumbui lengkap dengan cerita nungguin dosen yang tak kunjung datang ((di lantai 4)), ngantri presentasi lama pas udah mendekati giliran eh diganti besok ((di lantai 4)), dan pas maju, laptopnya lemot, baterenya mau abis, chargernya ketinggalan, file presentasinya juga kelupaan, kemudian papasan sama mantan yang lagi gandengan tangan *sok mesra* sama pacar barunya. Sakit! Tapi ngga berdarah~
Seandainya punya laptop yang punya HDD gede, baterenya tahan lama, enteng buat diajak kencan naik turun lantai 4. Seandainya...

foto oleh : Nerd Review ID

Salah satu jalan pelarian depresiku ialah dengan browsing di lab kampus. Sekedar mencari hiburan di youtube, nulis curhatan ngga jelas kayak gini di blog, stalking akun sosmed teman, gebetan, mantan yang tadi, kadang juga pacar teman. Paling tidak dengan hal-hal tersebut aku bisa sejenak melupakan status semester tua ku. Meskipun tidak dengan status jombloku sih ya ~

Hingga akhirnya browsing yang kulakukan dikala iseng, menghasilkan sebuah keisengan lain setelah membaca info pada gambar di paling atas. Lomba blog yang berhadiah 10 Notebook Asus E202 GRATIS!!! ((kalau menang)). Salah satu syaratnya, cukup dengan menuliskan ‘seandainya’ aku punya Notebook Asus E202.

*penampakan* Notebook ASUS E202

Sebenarnya sih, notebook tidak terlalu cocok untuk anak teknik informatika. Yang notabene butuh laptop dengan ‘spek’ tinggi untuk setiap tugas-tugas yang berhubungan dengan pengembangan software. Tetapi kalau untuk garap dokumen TA, presentasi, laporan, ngopy-paste dokumen dan mungkin untuk pengembangan software di bidang web, aku rasa notebook adalah pilihan yang tepat. Setidaknya bisa sedikit meringankan beban mahasiswa semester tua sepertiku. Mengapa bisa begitu? Mari simak sedikit tentang :


Seandainya mahasiswa semester tua sepertiku, punya Notebook ASUS E202


 

Ringan

Point pertama dan yang paling jelas ialah ringan. Notebook ASUS E202 hanya memiliki berat 1,25 KG dengan ukuran layar 11,6 inci. Tidak lebih berat dari belanjaan ibu-ibu yang udah 3 jam keliling di pasar. Apalagi beratnya menerima kenyataan bahwa akun instagram gebetan yang biasa kita stalking, tiba-tiba di lock, sedang akun kita tak kunjung di follback. Memang karena hal inilah notebook masih banyak diminati terutama bagi para pekerja pengejar deadline. Mahasiswa semester tua adalah salah satunya. Apalagi jika kuliahnya yang selalu kebagian ruangan di lantai 4 setiap harinya. Setidaknya, ini bisa sedikit mengurangi beban hidupmu, nak!

foto oleh : Audrey FF

Tipis

Notebook ASUS E202 memiliki ketebalan 2,14 cm. Serta dimensi 29,7 x 19,4 cm yang bahkan tidak lebih besar dari ukuran kertas A4. Jika dibandingkan dengan tebal tugas laporan yang biasa aku kerjakan, tentu notebook ini menang jauh. Meskipun ngga akan bisa menandingi tipisnya dompetku sih. Haha. Dengan ukuran tersebut, tentunya akan mudah jika dimasukkan ke dalam tas yang udah penuh sama file laporan tadi. Ngga perlu nenteng-nenteng map kesana-kemari lagi.


HDD Gede

Menurutku pribadi, yang mengejutkan dari Notebook ASUS E202 ini ialah kapasitas hardisknya. Yaitu sebesar 500GB. Sama persis dengan laptop ‘butut’ terkasih yang aku kencani sekarang. Dengan kapasitas penyimpanan sebesar ini, aku ngga bakalan perlu flaskdisk ataupun hardisk eksternal lagi untuk menyimpan file dokumen laporanku. Bahkan ngga mustahil pula kalau aku buka usaha sebagai makelar film drama korea dan india sekaligus. Full episode bluray 1080 HD bersubtitle. Tinggal bikin list harga deh, sekali copy berapa.


Batere Awet

Salah satu keunggulan notebook dibandingkan laptop adalah daya tahan baterainya. Notebook ASUS E202 memiliki daya tahan hingga 8 jam dalam pemakaian normal. Ini akan sangat membantu ketika presentasi. Ngga perlu ribet-ribet lagi nyari colokan. Ataupun bawa-bawa kabel terminal dengan tiga lubang colokan. Yang kalau ditinggal bentar, tiba-tiba udah penuh aja. Mistis! Kemampuan ini dimungkinkan karena komponen prosesor Intel Celeron Dual Core N3060 generasi kelima atau Braswell yang digunakan ASUS E202, memiliki nilai Thermal Design Power (TDP) yang kecil, yakni hanya sebesar 6 watt. Serta untuk pengisian ulangnya, notebook mungil nan lucu ini sudah dilengkapi port USB 3.1 Type-C yang sangat hemat waktu, karena USB dapat dicolok dengan berbagai arah dengan colokan reversible setiap saatnya. Kecepatan transfer USB 3.1 ini lebih cepat 11x dibandingkan USB 2.0


Pilihan Warna Banyak

Dijaman dimana jumlah follower instagram adalah segalanya. Banyak love disetiap foto yang diupload adalah bukti eksistensi kita. Penampilan stylish nan kekinian adalah kiblatnya. Menuntut segala benda yang kita bawa wajib hukumnya ‘instagramable’ buat difoto. Dan Notebook ASUS E202 benar-benar peka akan hal itu. Terbukti dengan adanya pilihan warna Silk White, Dark Blue, Thunder Blue, dan Red Rogue. Tinggal cocokin aja sama warna kancing baju kita. Haha.

foto oleh : Audrey FF

Murah Meriah

Sebagai the real mahasiswa yang juga menyandang status pro-toiletman, point ini hampir menjadi penentu segalanya. Kurang lebih, analoginya begini. Jika ditawari mau makan enak tapi agak mahal, atau makan biasa aja tapi porsinya banyak dan murah, tentu aku akan memilih makan enak porsi banyak harga murah lah. Haha. Sama persis seperti Notebook ASUS E202 yang ringan, tipis, HDDnya gede, baterenya awet, nan instagramable ini. Ditambah lagi Notebook ASUS E202 ini ternyata sudah hadir dengan OS Windows 10 dan DOS di dalamnya. Dan harganya? hanya dibandrol dengan harga Rp. 3.099.000.,- 

Seandainya punya laptop yang punya HDD gede, baterenya tahan lama, enteng buat diajak kencan naik turun lantai 4. Seandainya... punya Notebook ASUS E202~

Kesimpulannya, Notebook ASUS E202 adalah pilihan tepat untuk menunjang kinerja mahasiswa semester tua sepertiku. Mengerjakan laporan, presentasi, ngopy-paste tugas, semuanya bisa dilakukan dimana saja. Dan juga, minimal beban olahragaku naik turun lantai 4 untuk bertemu dengan dosen tercinta, ya bisa berkuranglah meskipun sedikit. Bisa juga punya usaha sampingan makelar drama korea dan india sekaligus. Untung-untung kalau emang rejeki bisa tambah famous di instagram dan akhirnya di follback sama gebetan.

Haha.#dasarJomblo!

Wassalam!




Blog Competition ASUS E202 by uniekkaswarganti.com
*segala foto yang ada di postingan ini merupakan salah satu
dari bahan untuk lomba yang disediakan oleh ASUS*
Share:

Senin, 05 Juni 2017

Pengalaman Pertama Kali Naik Pisang Ngambang


Mungkin bagi sebagian orang, pengalaman ku tentang naik pisang ngambang ini akan terkesan norak. Kampungan. Terlalu biasa. Ngga ada faedahnya sama sekali. Tapi yang namanya pengalaman pertama, meskipun cuma misal; pertama kali mandi pake air anget, di hotel, dengan bak mandi yang bentuknya cangkir, yang kalau ngga sengaja kejatuhan teh celup ama gula aja, bakalan jadi teh anget Rp.2000-an. Tapi ya akan tetap berkesan dan teringat selalu gitu. Apalagi kalo untuk menyalakan airnya saja, kudu nelpon pelayan kamar hotelnya terlebih dahulu. Karena ternyata... kran untuk nyalain airnya, itu ditekan. Bukan di puter. Gaes!

*bentar... Ini pengalaman pribadi ya bang?*

#uhuk #uhuk #uhuk #ekhm

Bedewe eniwe baswe #RIPEnglish. Pisang ngambang yang aku maksud disini ialah sebuah wahana permainan biasanya ada di pantai, tak terkecuali Pantai Sembilan Gili Genting. Bentuknya mirip pisang memanjang. Warnanya kuning. Bisa dinaikin. Cara mainnya ditarik-tarik pake speed boat. Dan yang pasti, benda ini ngga bau. Relax. Anak hitz yang follower instagramnya dibawah 1K sih, nyebutnya Banana Boat.

foto oleh : @ilhambagus.p

Kesempatan untuk merasakan bagaimana sensasi naik pisang ngambang ini, sebenarnya adalah bagian dari agenda #LenjelenBareng Komunitas Blogger Madura (Plat-M) ke Gili Genting. Berlokasi di Pantai Sembilan, rombongan kami harus dibagi menjadi dua kelompok. Karena kuota pisang ngambangnya ini hanya bisa menampung tujuh orang saja sekali jalan.

Baca juga : Pulau Gerah itu, Biasa di Panggil Gili Genting

Kelompok pertama meluncur dengan girangnya. Basah-basahan. Teriak-teriak ngga jelas. Tertawa bahagia. Norak parah! Malu-maluin! Haha. Aku? Aku sementara ditugasi sebagai seorang kameraman. Yang pada kenyataannya, malah sibuk maen sendiri sih.

Hingga akhirnya mereka kembali ke tepian dengan wajah yang senang, tapi ‘agak gimana gitu’. Bukan karena diputusin mantan pas lagi naik pisang ngambang lho ya. Karena kalo udah mantan ya artinya ngga bakalan bisa diputusin #lol #apasih. Tapi karena mereka ngga jatuh ke laut ketika naik pisang ngambang. Padahal, menurut ‘katanya-katanya’ yang sudah pernah naik pisang ngambang, puncak keseruan naik pisang ngambang adalah saat jatuh terhempas ke lautan.

Kelompok pertama... Kalian lemah!

Sadar akan hal itu, aku dan teman-teman yang ikut kelompok kedua, mulai menyusun rencana untuk jatuh cinta. Kami pun mulai naik satu-persatu ke atas pisang ngambang. Tak lupa juga menggunakan pelampung untuk keselamatan. Ketika semua orang sudah dipastikan naik, teman-temanku memantapkan posisi duduk mereka dengan memegang tali yang ada di badan pisang ngambang. Anehnya, aku tidak bisa menemukan tali pegangan tersebut. Ku raba-raba seluruh badan dari si pisang ngambang, mulai dari atas hingga bawah. Lalu “Kyaaaah!” #loh?. Ternyata, yang ku raba adalah teman yang duduk di depanku. Cowok. Hmmmm ~

Aku pun masih terus berusaha mencari. Dan kali ini benar-benar di badan pisang ngambang. Namun, masih tak bisa ku temukan juga. Usut punya usut ternyata eh ternyata berjudi itu haram, penumpang yang ada di badan pisang ngambang kelompok kedua ada delapan orang. Ya, artinya ada satu penyeludup di antara kita. Dan dia adalah sang ‘klebun tuah Plat-M’ Mas Wahyu Alam, yang memaksa ikut lagi setelah ikut juga di kelompok pertama tadi. Walhasil, aku pun harus rela berjuang, walau tanpa pegangan. OKE! Lets do it!

Speed boat berangkat dengan tali yang sudah terikat kuat diujung pisang ngambang kami. Cipratan air laut mulai yang menghempas muka, rambut, bahkan bulu hidungku. Membuatku entah kenapa juga jadi persis kayak kelompok sebelumnya. Teriak-teriak gak jelas, bak nembak gebetan dan diterima ketika nonton konser JKT48. Sopir pun mulai memutar kendali speed boat ke kanan dan kiri. Kami pun meresponnya dengan rencana yang sudah disusun sebelumnya. Ya, kami ingin jatuh.

Hingga akhirnya, setelah beberapa kali belokan. Pisang ngambang yang kami tumpangi benar-benar oleng dan menghempaskan semua yang ada diatasnya ke laut. Entah itu orangnya, kegelisahannya, kecuali hutangnya sih. Hutang harus tetap di bayar lho gaes. Haha. Aku masih ingat betul bagaimana rasanya hempasan kala itu. Tepat saat aku terjatuh ke dalam air, aku merasakan benturan di belakang kepalaku. Entah itu mungkin kaki, bokong atau mungkin perasaan yang tak terbalaskan di masa lalu. Untungya, karena sedang ada di dalam air benturan yang terjadi tidak terasa sakit. Hanya beberapa detik mungkin, hingga akhirnya kami semua kembali mengapung karena pelampung yang kami kenakan. Ternyata memang benar apa yang dikatakan ‘katanya-katanya’ di luar sana. Sensasi ketika jatuh dari pisang ngambang, dan lalu jadi manusia ngambang dilautan, itu seru. Parah. Bodolah dibilang norak. Hahaha. 

foto oleh : @zamsjourney


Karena sensasi tadi pula, kelompok kami pun terjatuh hingga 3 kali lagi. Namun untuk jatuh yang selanjutnya, benturan-benturan seperti diawal tadi bisa diminimalisir. Tipsnya adalah dengan segera melepaskan pegangan tangan kita, ketika dirasa sudah mau jatuh ke laut. Sensasinya masih sama seru. Namun selaras juga dengan rasa capeknya. Jatuh dari pisang ngambang benar-benar akan menguras tenaga. Karena untuk kembali naik ke atas pisang ngambang tadi, itu susahnya minta ampun. Bahkan lebih susah dan capek dari ngode ke gebetan yang urat peka-nya udah digadaikan. Lisensi pro-toiletman ku rasanya pengen diganti buat jadi cicak-man supaya bisa gampang naiknya lagi.

Senja yang mulai menjingga menemani sisa putaran terakhir kelompok kami. Ah, benar-benar pengalaman yang super seru. Faedahnya emang kurang sih, tapi berkesannya itu yang membuat pengen naik lagi dan jatuh-jatuhan lagi. Dan buat kelompok pertama yang ngga ngerasain jatuh... You don’t know what i feel man ~

Biaya untuk sekali naik pisang ngambang di Gili Genting ialah Rp.200.000,- untuk tujuh orang. Terima kasih untuk Plat-M yang sudah memberikan kesempatan untuk merasakan pengalaman naik pisang ngambang ini. Ditunggu kesempatan berikutnya ~

Wassalam!
Share:

Jumat, 26 Mei 2017

Pulau Gerah itu, Biasa Dipanggil Gili Genting


Cukuplah papan bercat putih sederhana dengan tulisan “Selamat Datang di Gili Genting”. Ngga perlu sambutan kebudayaan daerah. Ngga perlu hamparan karpet merah. Apalagi lambaian-lambaian tangan dari barisan kembang desa berbibir merah. Sama sekali ngga perlu. Yang aku harapkan saat ini ialah sesuatu yang beribu-ribu kali lebih penting dari hal itu. Sebuah papan. Papan ucapan selamat datang dengan penunjuk arah toilet dibawahnya. Ya, Cukup itu. Bayangkan saja, bagaimana rasanya 5 jam perjalan dengan beberapa kali macet, peluh yang bercucuran karena kepanasan, dan lomba nahan ngantuk of the year yang entah kenapa tiba-tiba terjadi sepanjang perjalanan Bangkalan - Sumenep.

Lalu sebagai guest-starnya, aku masih harus menahan kebelet 'bi-ei-bi' (baca: BAB) disepanjang perjalanan tersebut. Berat? Bahkan untuk seorang pro-toiletman verified centangnya tiga sepertiku, situasi seperti ini adalah situasi yang paling menyiksa. Lebih menyiksa dari jempol kaki yang kepentok meja. Lebih menyakitkan dari bulu kaki yang dicabut dan digoreng dadakan pake lakban. Lebih menderita dari pada ngeliat Raisa tunangan sama Hamish Daud yang cuma modal kacamata dan brewok 'agak' elegan. Ini... Yang seharusnya disebut sakit, tapi ngga berdarah~

*agak bau dikit ya ngga juga sih, kalo bau banget iya...

*duh

***

The Begining

Saat ini, aku sedang berada di atas perahu yang akan membawaku menuju Gili Genting. Berikut rombongan Nak-kanak Blogger Plat-M. Berikut penumpang lain yang juga ingin menyebrang (fyi: biaya menyebrang 10rb/orang). Berikut penderitaan yang sudah aku beberkan dua paragraf sebelumnya. Berikut pula ombak yang entah kenapa hari itu lumayan gede. Hingga cukup membuat pusing kepala bahkan sebelum perahu berangkat. Dan akibat 'berikut-berikut' tersebutlah, aku hanya mampu mengharapkan sebuah papan dengan penunjuk toilet disebelah mana, ketika pertama kali menginjakkan kaki di Gili Genting.

Hasilnya... Nihil!


Malah view kek begitu yang pertama kali diberikan sama Gili Genting. Air yang super bening lengkap dengan ikan-ikan kecil yang berenang menjauhi perahu. Tega! Mana ucapan selamat datangnya? Mana papan yang biasa buat foto instagram itu? Mana? Yang lebih penting lagi, mana papan penunjuk toiletnya Gili Genting? Mana?!! Belum juga turun dari perahu, masak udah dibikin gagal move on. Ah!

Aku pun turun dengan kekecewaan yang meluap-luap. Jika diibaratkan, udah persis kayak air tandon yang meluber gara-gara lupa dimatiin. Lupa dimatiin selama 3 hari. Terlebih, saat aku sadar rasa mules yang sedari tadi ku tahan dengan penuh penderitaan, hilang entah kemana. Hancurlah sudah rencanaku untuk menceritakan bagaimana pengalaman menikmati toilet ketika pertama kali sampai di Gili Genting.

Masih dengan segala kekecewaan tersebut, aku dan teman-teman Plat-M menyegerakan langkah kaki menuju homestay yang sudah disiapkan oleh Kepala Desa Bringsang. Ya, terkadang wisatawan yang berkunjung ke Gili Genting memang akan dilayani Pak Klebun langsung (sebutan Kepala Desa dalam Bahasa Madura). Kami pun menghabiskan waktu dengan makan dan beristirahat siang itu. Karena selain cuaca sedang panas cerahnya, perjalanan kami pun tidak mudah. Dan berkat itulah, rasa mulesku kembali. Yes! Aku pun bergegas menuju masjid yang berada di dekat homestay. Finally, kewajibanku sebagai seorang muslim dan pro-toiletman, sudah terpenuhi. Alhamdulillah ~

*ngga penting banget sumpah :v

Pesona Sunset dan Mbak-mbak di Pantai Sembilan

Sore hari pun tiba tanpa diundang. Ibarat mantan yang tiba-tiba ngechat setelah lama hilang tanpa kabar. Kami memutuskan untuk bermain Banana Boat dan menikmati sunset di Pantai Sembilan, Gili Genting.

foto oleh : @ilhambagus.p

Pantai Sembilan inilah yang memang sedang gencar dipromosikan. Pasirnya putih. Airnya biru jernih. Fasilitas yang lengkap, meskipun toilet/kamar mandinya agak tersembunyi sih. Ayunan, tempat berjemur, papan tulisan, rangkaian daun berbentuk love, hingga ranjang bekas yang sudah 100% instagramable banget. Tinggal cari saja mbak-mbak yang mau diseret atau difoto secara diam-diam. Yakali ngga sengaja typo bilang ijab kabul, pas disahkan sama penghulu yang juga tiba-tiba muncul entah dari mana, kan ya lumayan. Hahaha. #apasih #dasarJomblo #abaikan

foto oleh : @fadelabuaufa
foto oleh : @fadelabuaufa

Bibir pantai sembilan ini benar-benar sempurna. Persis bibirnya Isyana yang kepedesan gara-gara Mie Ayam Pak Halim. Hot! Merah! dan bikin gerah! Selama tidak dalam keadaan mendung, prosesi mulai dari matahari menjadi jingga, turun perlahan hingga terbenam, benar-benar terlihat jelas dari pantai ini. Sudah pasirnya putih, airnya jernih, sunsetnya begituh. Gimana ngga mau typo ijab kabul disini ya kan? Iya kan mbak?? Lihat aku donk Mbak! Plis mbak!!! Hey!!! MBAK!!!

*mbaknya masih ngga noleh

*malah masnya yang noleh

*lalu aku juga noleh, biar dikira orang di belakangku yang berteriak

*padahal dibelakang ya ngga ada orang, sih.

*hingga akhirnya mereka hidup bahagia, selamanya*

- Terpaksa END -

Dan ketika malam tiba, Pantai Sembilan ini masih saja ramai pengunjung. Sekedar ngopi ditemani semilir angin laut kayaknya sudah bisa dikategorikan romantis, ya kan?

*cowok di depanku ngangguk

#omaigat!

- KALI INI END BENERAN -


Mencari Toilet di Koreanya Pantai Kahuripan Gili Genting

Keesokan harinya, kami melanjutkan eksplorasi ke Pantai Kahuripan. Masih di Gili Genting, namun berbeda desa dengan Pantai Sembilan. Untuk menuju ke Pantai Kahuripan, kami harus menyewa satu buah pick-up. Karena memang jaraknya cukup jauh. Sekitar 30 menit perjalanan. Dan karena kami berencana untuk mengejar sunrise, walhasil kami pun harus diospek untuk bangun pagi buta. Meskipun akhirnya mataharinya keburu terbit sih. Tapi Pantai Kahuripan benar-benar menawarkan pesona yang bertolak belakang dengan Pantai Sembilan.


Pantai Kahuripan merupakan tebing-tebing curam dengan ombak yang cukup besar yang selalu menghantamnya. Airnya juga biru, namun benar-benar belum ada fasilitas sama sekali disini. Suasananya masih sangat alami. Ditambah lagi dengan pohon-pohon yang entah apa namanya berjejer layaknya pagar alami sepanjang tebing. Dan yang pasti, adalah sunrise point yang tak henti-hentinya membuat aku lupa bahwa ngga ada toilet disini.

foto oleh : @niyasyah

Dan sebagai bonus, jalan untuk menuju Pantai Kahuripan ternyata juga punya pesonanya sendiri. Jalan yang katanya mirip kayak di Korea. Ngga tau juga itu Korea Utara atau Selatan. Yang pasti, ketika berjalan disini aku juga masih tidak bisa menemukan toiletnya sebelah mana. Bodo lah ya, intinya, tempat ini fix! Ada dan tercipta memang untuk di-instagramkan. #udahgituaja



***

And then, This is would be the end of the story

Sebagaimana semestinya sebuah cerita yang memiliki awal, begitu pula dengan ceritaku ini. Tibalah kita pada sebuah akhir. Meskipun bukan untuk selamanya sih. Semoga. Amin. Haha.

Well, sebenarnya sudah sekian lama aku ingin berkunjung ke pulau ini. Ya gara-garanya juga karena ngga sengaja liat salah satu foto teman yang berkunjung kesini. Hingga akhirnya, baru kemarin kesampaian untuk berkunjung bersama teman-teman Komunitas Blogger Madura (Plat-M). Perjalanan yang diawali dengan begitu penuh peluh, gelak tawa, sakit perut, hingga lomba menahan ngantuk of the year. Menelusuri dua pantai dengan suasana yang berbeda. Namun hasilnya tetap sama. Gerah!.

Big thanks to @bloggermadura (Plat-M.com)

Gili Genting, begitulah pulau itu biasa di panggil. Masih pengen balik lagi, maen lagi, gerah lagi. Dan untuk itu, aku sudah memantapkan batin untuk gagal move on dari Gili Genting.

*mode ala-ala Cinta di AADC2*

Gili Genting... Yang kamu lakuin ke aku itu... Jahat!

Wassalam!

Credit :
Terima kasih banyak juga kepadan spesial Guide kami Mas Vicky (Madura Indah Wisata) dan Mas Fadel (@fadelabuaufa). Pelayanan mereka berdua, totalitas!
Share:

Sabtu, 13 Mei 2017

Dear, Mbak Petugas Pom Bensin


Mbak, apa kabar mbak hari ini? Masih sehat kan? Masih tetep ngademin kan? Semoga Mbak masih selalu di berikan kesehatan dan kebahagiaan selama ini. Ngga terasa, waktu begitu cepat berlalu. Bak genangan air di aspal jalan tol yang terkena sinar matahari. Menguap habis tak berbekas. Kira-kira masih ingatkah Mbak kepadaku? Hahaha. Pertanyaan bodoh. Pertanyaan yang bahkan sudah tahu jawabannya apa, tapi masih juga dipertanyakan. Ya gimana mau inget ya Mbak, setiap harinya saja ada beratus-ratus pria yang juga Mbak temui di tempat itu. Pria-pria yang bahkan lebih tampan dan mapan dibandingkan dengan ampas cincau seperti diriku. Mbak pasti selalu menyapa mereka dengan ramah. Mbak bagikan senyuman manis itu kepada mereka dengan mudahnya. Ya, senyuman itu.
“Selamat pagi, dimulai dari nol ya mas”

Begitu menenangkan. Entah kenapa, kata-kata yang bahkan terlalu biasa saja ini terdengar begitu nyaman ditelinga. Dibalut dengan senyuman yang juga terlalu sederhana hingga tau-tau sudah penuh saja tanki bensin motorku. Wasit boleh minta tambahan waktu ngga?. Rasanya ingin berlama-lama aku diam disitu. Mengambil satu meja bundar dan dua kursi dari pintu ajaib Naruto. Duduk berdua saling berhadapan sembari sarapan mie telor sama teh anget. Bodo ametlah meski di tengah-tengah pom bensin. Sebuah imajinasi cetek yang mustahil terealisasi sih. Tanpa kusadari pula, antrian pria-pria setelahku sudah lumayan memanjang.



***



Simpel. Aku memanglah cowok yang bahkan 'terlalu simpel'. Hanya dilempari ucapan “Selamat pagi, dimulai dari nol ya mas” lalu diikuti senyuman setelahnya, sudah lemas tak berdaya. Penampilannya ya biasa. Berseragam merah dengan lambang Pertamina seperti karyawan lainnya. Hijabnya pun juga biasa. Tidak ada label harga yang sengaja dibiarkan ngga dicabut juga biar tau kalau itu hijab bermerek. Semuanya terlihat terlalu biasa saja. Lalu apa-apaan perasaan ini?

Apakah ini yang dinamakan cinta?

Hahaha. Oke, ini lebay.

Sebenarnya kisah ini hanya pengalaman receh yang sedikit aku lebih-lebihkan, sih. Tapi memang kejadiannya kurang lebih seperti itu. Dalam rangka magang untuk memenuhi salah satu kewajiban kuliah, aku dan 5 orang temanku berlagak jadi pekerja kantoran. Menyusuri padatnya jalanan kota Surabaya di pagi hari, dan kembali bergelut dengan kemacetan pada sore harinya.

Pagi itu... masih sama seperti pagi hari biasanya. Namun laju motorku harus terhenti untuk melakukan pengisian bahan bakar. Aku dan teman magangku pun harus menepi sejenak di pom bensin sisi kiri jalan raya. Motor ku tujukan perlahan ke tempat pengisian bensin yang sedang kosong. Dan disinilah, aku bertemu dengan Mbak petugas pom bensin.

Aku tidak tahu siapa namanya. Dia pun rasanya juga tidak ingin tau siapa seongok manusia di hadapannya. Namun, aku tetap disambut dengan ramah, komplit dengan senyuman itu. Keramahan yang selama ini ngga pernah aku temui ketika ngisi bensin di Madura. Bukan berarti pom bensin di Madura pelayanannya buruk sih. Hanya saja... aku rasa... dua paragraf awal ditulisan ini sudah cukup mengumpamakan kesan pertama yang aku dapatkan saat itu.


***


Lalu... Apa pentingnya nulis pengalaman ke pom bensin yang setiap hari orang lain juga lakukan setiap harinya?. Bukannya tulisan ini hanya curcolan receh dengan pemanis kelebay-an yang agak berlebih?. Intinya cuman ke pom bensin trus ketemu mbak-mbak cantik doank, kan?

Yes! Benar sekali. Pengalaman seperti ini, benar-benar ngga penting. Ngga guna. Lebay!. Receh parah sumpah!. Tapi eh tapi bang Napi ngga pake topi, pada pagi itu selain melakukan pengisian bahan bakar, aku juga harus melakukan sesuatu yang berhubungan dengan ‘identitas’ diriku. Jika motorku perlu bahan bakar, maka aku perlu sedikit mengeluarkan sisa pembakaran. Aku harus mampir ke toilet. Dan jangan sekali-kali anggap remeh. Hal remeh seperti ini akan berakibat fatal ketika misal, kebelet tak tertahankan di tengah kemacetan panjang. Fix! Itu sakitnya berkepanjangan. Lebih sakit dari pada lihat mantan suap-suapan di warung penyetan.

Dan hal lainnya ialah tentang first impression! *mohon dikoreksi kalau tulisannya salah*. Atau lebih gampangnya, kesan pertama. Bagaimana pentingnya sebuah kesan pertama dari pandangan seorang pro-toiletman.

Ada sebuah pepatah mengatakan, jangan nilai seseorang hanya dari penampilan luarnya.

Tapi bagaimana dengan kesan pertama? Apa yang akan terlintas di pikiran kita ketika melihat seseorang berpenampilan seperti preman, berdiri di dekat pom bensin? Apakah kita masih akan memilih mengisi bensin di tempat tersebut? Sebagian orang, bahkan aku sekalipun tidak akan mau. Bukan perihal prasangka buruk, lebih ke waspada. Memang benar, yang penampilannya buruk belum tentu aslinya buruk pula. Begitupun sebaliknya, penampilan baik belum tentu aslinya baik. Tapi yang pasti, hal yang baik akan jadi lebih baik jika diikuti dengan perilaku dan penampilan yang baik pula. *mbulet? Anggap saja iya #selesai #abaikan*

Dari pom bensin yang biasa saja namun Mbak petugasnya punya senyuman luar biasa ini, setidaknya aku belajar, bahwa kesan pertama itu penting. Apalagi untuk pelanggan berhati over-simpel sepertiku. Dikasi toilet bersih aja udah betah, masih disambut Mbak petugas yang ngademinnya udah kayak es cendol gratisan panas-panas di siang bolong.

Dear, Mbak petugas pom bensin nan jauh disana... Selamat bertugas dan berbagi senyuman indahmu setiap hari ~
Share:

Kamis, 11 Mei 2017

Ngobrol kemanusiaan bareng ACT


Setelah sekian lama ngga posting, karena memang sok sibuk. Akhirnya... Blog yang sudah penuh sarang laba-laba ini bisa posting juga. Dan... Pada kesempatan kali in,i aku ingin membahas suatu topik yang menurutku sih serius. Tentang kemanusiaan. Hmmm... berat parah. Seorang toiletman, yang sudah lama ngga kecium baunya, eh tiba-tiba nongol ngomongin kemanusiaan. Hahaha. Ya, memang kesannya agak kurang pantas dengan ‘pencitraan’ yang selama ini dibuat. Tapi karena menurutku ini penting, jadi memang harus di posting. Tentu aku juga ngga lupa ke toilet dulu sebelum posting tulisan ini, jadi ya.... santai saja gaes!. Toilet is love! Toilet is life!

Topik tentang kemanusiaan ini, merupakan salah satu hasil dari menghadiri sebuah acara sih sebenarnya. Jadi, ceritanya Plat-M mendapatkan undangan dari ACT (Aksi Cepat Tanggap) untuk ngobrol bareng tentang kemanusiaan. Dan alhamdulillah karena lagi free, *dan aslinya emang kebanyakan free LOL*, jadi bisa hadir untuk ikut ngobrol bareng. Walaupun, aslinya lebih banyak dengerin dari pada ikut ngobrol sih. Tapi dari acara ini, alhamdulillah (lagi) aku juga mendapatkan wawasan lebih perihal kemanusiaan, berikut gerakan kemanusiaannya, penanggulangannya, serta apa yang sudah dilakukan lembaga-lembaga yang ternyata ada di Indonesia, kepada masalah kemanusiaan di dunia.

Jujur, aku baru ‘ngeh’ juga kalau ada lembaga seperti ACT ini, yang bahkan sudah melakukan gerakan kemanusiaan mulai dari 12 tahun yang lalu, dan aku baru tau sekarang :3. Dan baru beberapa hari yang lalu (29/4/2017) sebelum postingan ini terbit, ACT baru saja memberangkatkan kapal ke somalia, dengan muatan 1000 ton beras untuk membantu kelaparan disana. Wow! Entah aku yang emang kudetnya kebangetan terlalu sibuk dengan nontonin naik turun chellenge, entahlah ya. Tapi men! Hal ini tentu pastinya lebih BOOM! dari pada toilet yang ber-AC dengan sofa sebagai tempat duduknya. Maka dari itu aku merasa memiliki secuil kewajiban untuk membuat postingan ini. Menuliskan apa yang aku dengarkan tentang obrolan kemanusiaan bareng ACT hari itu.


Mengangkat tema "Greatness Start From Humanity", yang bahkan untuk orang 'awam perihal kemanusiaan' sepertiku, sudah bisa mengerti seperti apa obrolan yang akan dibahas kali ini. "Perasaan paling hebat yang dimiliki oleh manusia ialah perasaan perihal kemanusiaan". Itulah kata-kata dari Presiden ACT Ahyudin yang aku catat sebagai pembukaan acara hari ini. Sama seperti analogi apabila kita ingin di bantu orang lain, maka kita harus mulai membantu orang lain. Apabila kita ingin bahagia, maka jangan lupa untuk membahagiakan orang lain. Dan hal yang akan membuat kita benar-benar menjadi manusia, adalah rasa kemanusiaan kita.

*manggut-manggut*

Masih banyak program-program yang akan dilanjutkan oleh ACT. Salah satunya ialah target pengiriman beras sebanyak 28000 ton untuk membatu bencana kelaparan di afrika. Mustahil kah? Aku juga berfikir demikian. Namun tahukah anda, ternyata 1000 ton yang beberapa hari yang lalu di berangkatkan, hanya membutuhkan waktu 3 minggu pengumpulan donasi. Hal itu pun, belum dibantu dengan gencarnya aliran informasi melalui social media. Orang-orang kudet sepertiku ini belum tau, padahal aku ya buka socmed tiap hari. Duh...

Ada sebuah fakta yang dibuka pada forum, yaitu bahwa yang melakukan donasi kebanyakan adalah orang2 yang bisa di bilang golongan menengah kebawah. Uang 5ribu, 8ribu, beras sekilo, semuanya dikumpulkan. Hingga akhirnya terkumpul 1000 ton beras. Dari sekepal demi sekepal, hingga menjadi sekapal. 

But wait! Kenapa kok jauh-jauh ke Somalia? Bukannya di Indonesia juga masih banyak yang kelaparan? Masih banyak yang membutuhkan bantuan?

Ya, pertanyaan seperti itu juga sempat di lontarkan ke dalam forum pada hari itu. Di Indonesia memang masih ada yang kekurangan. Mungkin juga masih ada membutuhkan bantuan. Tapi apakah mereka sampai benar-benar mengalami gizi buruk seperti di Somalia sana? Mengalami kelaparan berkepanjangan seperti di Afrika sana? Bagaimana jika negara yang bahkan masih kekurangan seperti Indonesia malah adalah negara yang lebih dulu bergerak dibangding yang lain?

Karena alasan itu pula lah, ACT mengumpulkan beras sebagai barang yang dikirimkan. Karena seberapa susahnya orang Indonesia, mereka pasti masih punya beras. Belum tentu semua orang mau berbagi uang, karen belum tentu pula semua orang punya uang. Tapi beras? Semua rumah pasti punya beras. Kira-kira begitulah jawaban yang diberikan dan berhasil aku tangkap sebelum pergi ke toilet untuk kesekian kalinya karena ACnya dingin.

Masih banyak sebenarnya hal yang ingin aku sampaikan terkait ACT. Apalagi tentang program-programnya. Nah, karena saking banyaknya dan malah nantinya dikira hoax karena infonya datang dari seorang toiletman yang sok tau ini, mending langsung stalking ke websitenya ACT deh ya... Haha.

Aksi Cepat Tanggap (ACT)
Share: